Upaya untuk menyelesaikan permasalahan publik yang dilakukan di Italia berawal dari pertistiwa yang disebut Dilemmas of Collective Action atau dilema tindakan kolektif. Penindasan asing telah mempengaruhi kehidupan kolektif masyarakat Italia. Hal itu merupakan wujud kegagalan individu-individu dalam bekerja sama yang terlibat dalam tragedy of commons. Setiap individu terlibat dalam menikmati public goods, namun tidak banyak yang berkeinginan dan mampu mengelola pemanfaatannya. Rasionalitas yang terbentuk tidak bisa diubah karena masing-masing individu punya kepentingan dan kesulitan yang sama, sehingga terkadang muncul individu yang berperan sebagai free rider. Dalam kehidupan orang-orang suci, hal itu jarang muncul karena setiap individu punya sifat yang pemurah dan baik hati, namun justru mengurangi keuntungan mereka.
Solusinya, Hobbes menawarkan third-party enforcement yang melibatkan pihak netral untuk mengatasi dilema tindakan kolektif. Namun, Italia Utara menganggap solusi tersebut jarang terjadi di kehidupan nyata. Selain mahal dan tidak efisien, pihak ketiga haruslah orang yang dapat dipercaya. Jika tidak, kekuatan koersif yang dimiliki oleh pihak tersebut dapat mengorbankan kepentingan masyarakat untuk mendapatkan keuntungannya semata. Selain itu, Italia Selatan juga membuktikan bahwa tidak ada individu atau kelompok sosial yang memiliki insentif untuk mengubah perilakunya itu. Lebih lanjut, Teorema Folk menawarkan kerjasama antar individu agar lebih efisien. Contohnya adalah peran lembaga formal yang mengakomodir kepentingan individu dengan mengurangi biaya transaksi dari pemanfaatan public goods, diimbangi dengan peraturan atau konstitusi berisi sanksi bagi individu yang berkhianat secara rasional, serta melakukan pengawasan yang ketat sehingga mampu mencegah sikap oportunis dan kelalaian individu.
Putnam berpendapat bahwa, perbedaan pandangan yang dimiliki oleh Italia Utara dan Italia Selatan dapat dipahami dan diselesaikan dengan memanfaatkan social capital, trust and rotating credit associations. Ia berpendapat, identitas masyarakat yang memiliki kebajikan sosial yang tinggi namun hidup secara terisolasi, akan dipandang sebagai masyarakat yang memiliki tingkat social capital yang rendah. Pada sisi yang berbeda, masyarakat yang punya kesadaran tinggi memiliki minat besar untuk terlibat dalam masalah publik. Inilah yang membedakan antara Italia Selatan dan Italia Utara. Social capital adalah kemampuan warga untuk mengatasi masalah publik dalam iklim demografis. Hubungan antar individu di dalamnya lebih bersifat horizontal karena mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Asosiasi yang terbentuk adalah bangunan dari jaringan dan norma yang dipahami bersama dan diarahkan bagi produktivitas suatu masyarakat.
Oleh karena itulah, untuk menguatkan konsep tersebut diperlukan trust atau kepercayaan sebagai bentuk keinginan menanggung resiko yang didasari bahwa sesama anggota masyarakat akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan saling mendukung. Selain dukungan sosial, masyarakat juga butuh dukungan finansial. Itulah mengapa, menurut Putnam, keberadaan lembaga yang mengasosiasikan credit atau pinjaman untuk membiayai kepentingan individu itu diperlukan, terutama terkait pada skala common-pool resources (CPR). Asosiasi yang berputar dengan azas solidaritas akan membentuk pola timbal balik, sehingga setiap individu punya keuntungan yang sama tanpa merugikan individu yang lain. Contohnya adalah arisan.
Putnam menambahkan, jaringan masyarakat dari modal sosial yang didukung oleh norma timbal balik ini merupakan networks of civic engangement. Menurut James Coleman, pemahaman modal sosial yang meliputi asosiasi vertikal merupakan wujud dari hubungan yang hirarkis sehingga adanya pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antar individu, akan tetapi memunculkan nilai-nilai positif dan negatif. Sedangkan asosiasi yang bersifat horizontal merupakan wujud persamaan dengan pembagian kekuasaan yang lebih merata. Contohnya adalah Italia Selatan mengembangkan hubungan sosial yang vertikal, berpola seperti atasan dan bawahan, bergantung pada keluarga, sehingga hubungan institusional sosial lebih bersifat asimetris dan eksploitatif. Sedangkan Italia Utara menekankan hubungan horizontal dengan mengembangkan budaya politik, toleransi, taat hukum, kerja sama, dan otonomi yang sifatnya partisipatif.
Setelah membaca dan mengkaji tulisan Putnam, menurut saya, kritik yang dapat dibangun dari konsep modal sosial ini adalah bahwa Putnam kurang mampu menjelaskan pengaruh modal sosial apabila terjadi konflik antara masyarakat dengan pemerintah. Selain itu, modal sosial dari uraian Putnam secara menyeluruh belum membahas tentang kekuatan beberapa individu yang memiliki upaya mengubah perilaku individu lainnya dan perilaku institusi pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Sebaiknya, modal sosial juga perlu difokuskan dalam memberi wewenang atau sumberdaya agar dapat menentukan upaya yang mengarah pada pencapaian kepentingan, tidak hanya individu atau sebagian kelompok masyarakat saja, akan tetapi menjadi bagian dari kepentingan negara demi kesejahteraan masyarakat.
Hasil Ringkasan dan Kritik Chapter 6 dalam buku Make Democracy Work karya Robert D. Putnam
Comments
Post a Comment