Suatu
hari yang terik terjadi percakapan antara rumput dan pohon kelapa. Rumput yang
sombong sangat senang berteduh di bawah pohon kelapa yang rindang. Di kala
hujan, rumput juga aman oleh ancaman petir dan badai. Namun resiko yang dialami
oleh pohon kelapa justru merupakan batu pijakan untuk bermanfaat bagi orang
lain.
Daun,
pelepah, buah, batang, tunas dan akarnya sangat bermanfaat bagi manusia
walaupun ketika pohonnya telah tinggi ia diterpa terik matahari, diancam petir dan
dihantam badai. Bukan seperti rumput yang selalu diinjak-injak.
Apakah
artinya? Seorang pamong dituntut untuk menjadi seperti pohon kelapa. Bukan
hanya karena memberi manfaat bagi orang lain, tapi juga bagaimana jiwa pamong
tersebut mampu untuk menjadi yang lebih tinggi dari yang lain, baik dalam
profesi maupun pribadinya. Semakin tinggi seorang pamong, maka semakin besar
pula masalah dan tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu, perkuat akar pamong
agar tidak mudah tumbang oleh badai, perkokoh batang pamong agar tidak mudah
patah oleh badai, rindangkan daun dan buah pamong agar dapat mengayomi dan
memberi kesejukan bagi orang lain. Bukannya menjadi orang yang penakut, tidak
mau mengubah keadaan, stagnan, dan tidak berani menempuh resiko.
Pamong
yang sukses adalah pamong yang mengabdi dengan fisik yang kuat, mental yang
kokoh dan hati dan pikiran yang sejuk. Modal itulah yang digunakan untuk
menghadapi resiko pengabdian. Karena sesungguhnya di balik resiko yang besar
terdapat manfaat yang besar pula.
Rumput dan Pohon Kelapa |
Comments
Post a Comment