Menjadi
staf pada suatu organisasi dan menjadi pemimpin organisasi itu sendiri ternyata
dimulai dari kemampuan memimpin diri sendiri dan menghargai orang lain.
Ada
tiga filosofi kepemimpinan staf. Pertama adalah aksen Bupati, menerangkan bahwa
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh staf dapat ditegur dengan isyarat mata
atau raut wajah tertentu, melihat dengan ekspresi yang tidak senang, atau
melakukan mimik-mimik tertentu tanpa menegur staf yang bersangkutan.
Yang
kedua adalah Sumu Mantri, ,menerangkan bahwa tindakan pimpinan kepada staf
selalu dilakukan melalui sindiran-sindiran halus yang secara tidak langsung
menegur bawahannya, seperti ketika ruangan kantor bau dan berdebu pimpinan
dapat berkata kepada bawahannya, “Lantai ini tidak memantulkan cahaya matahari
lagi. Mungkin ruangan kita perlu penerangan lebih hari ini”.
Yang
ketiga adalah Pak Kuli, menerangkan bahwa tindakan pimpinan kepada bawahannya
selalu disertai dengan perintah-perintah tegas, menegur secara langsung, atau
dapat juga melakukan tindakan fisik kepada bawahannya seperti menampar bahkan
memukulnya.
Untuk
menjadi pimpinan organisasi, maka perlu untuk belajar menjadi seorang staf yang
baik, yaitu yang mengerti apa yang dimaksud pimpinan, tindakan apa yang harus segera
dilakukan, dan menghargai keputusan pimpinan. Sebaliknya, untuk menjadi
pimpinan yang baik maka perlakukan staf dengan baik, menghargai hasil
pekerjaannya, menegur sopan dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Hal
tersebut lebih identik dengan sikap-sikap dipomasi dengan orang lain. Maka
filosofi manakah yang perlu dimiliki?
Pemimpin dan pengikutnya |
Comments
Post a Comment