Bukan Band? Karena kami bukan anak band, maka nama kami Bukan Band. Lalu,
kalau bukan band, sebenarnya apa?
Bukan, bukan. Maksudku, bukan begitu
pertanyaan yang seharusnya.
Sebutan itu tadi memang diklaim sebagai sebuah
nama grup band yang terbentuk lima tahun lalu. Saat lima orang warga NTT Atas
dari Ksatrian Lembah Manglayang memikul bintang dua, mereka menyatukan ide
brilian sekaligus konyol untuk memberikan nama bagi grup band unik yang pernah
lahir di Jatinangor.
Tidak begitu populer, namun cukup jadi trending topic bagi kaum hawa dan
penikmat musik lainnya yang ada di Ksatrian. Tidak punya single, album maupun video
clip, namun beberapa rekaman video gokil
dan keren yang lahir dari sebuah digital
camera Sony Exilim yang jadul itu, cukup puas untuk dinikmati. Tidak eksis
hingga saat ini karena para personil harus kembali ke daerah masing-masing
dalam rangka bekerja, namun keberadaannya selalu ada hampir setiap hari.
Bukan Band terdeklarasi pada tanggal 8
Agustus 2008. Momen yang cantik, bukan?! Ya, karena dalam rangka rangkaian
acara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 63 tahun,
setiap nindya punya tugas untuk mewakili asramanya sesuai bakat dan ajang
perlombaan yang diadakan. Salah satunya, festival musik. Nama “Bukan Band”
lahir begitu saja, karena aku pernah mendengar nama grup band unik di Meulaboh
yang kusaksikan dalam sebuah festival band saat liburan dahulu. Saat semuanya
kebingungan menobatkan nama grup band ini, kata-kata yang keluar begitu saja
dariku ternyata disetujui oleh personil lainnya.
Sesaat sebelum festival dimulai |
Filosofisnya begini. Personil yang ada di
grup band ini sejatinya bukan pemain musik yang profesional. Awalnya, band ini
juga bertujuan sebagai identitas unik untuk mengikuti perlombaan itu semata.
Para anggota grup pun menyadari bahwa grup band ini—secara resmi—hanya eksis
saat berada di Ksatrian semata. Dengan demikian, setelah berpisah karena
bertugas di daerah masing-masing, aktivitas band ini akan terhenti. Cukup pragmatis,
namun mimpi untuk kumpul dan bermain musik bersama lagi adalah harapan besar
yang diyakini masing-masing personil suatu saat nanti.
Personilnya berasal dari daerah-daerah yang
berbeda di Indonesia. Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur
dan Maluku. Aku bertugas sebagai drummer.
Tidak ada bakat khusus. Teknik-teknik dari berbagai musik—khususnya genre rock—yang kupelajari secara
otodidak sekiranya mampu membantu grup band ini. Sedikit kaku dan tidak
atraktif. Namun, untuk urusan rock rasanya
peace of cake. Apalagi kami sepakat
memilih dan membawakan lagu Pemburu Cinta dari Kapten. Tidak begitu sulit.
Untungnya, masing-masing personil memahami untaian nada rock and roll salah satu lagu grup band finalis Dream Band
Indonesia tahun 2004 silam.
Kemal Pasya (Drummer) |
Lebih beruntung lagi, kami memiliki lead guitarist handal yang juga salah
satu personil Khatulistiwa—grup band ksatrian angkatan 18. Putra daerah asal
Muara Teweh, Barito Utara ini benar-benar gitaris berbakat dan punya wawasan
luas terhadap musik. Hampir seluruh genre
musik—pop, rock, slow rock, jazz, funky, blues, bahkan progressive—mampu ia
main dan kembangkan dengan style yang
khas. Beberapa lagu-lagu dari Ungu, Dewa 19, Padi, the Changcuters, J-Rocks, Iwan
Fals, Guns n’ Roses, Mr. Big, Alter Bridge, The Beetles, hingga Dream Theatre
mengilhami jiwanya sehari-hari. Sajian akustik klasik di asrama dari
jari-jarinya yang cepat dan kreatif akrab menemani malam-malam kami. Dalam misi
perlombaan saat itu, ia menjadi andalan grup band ini dalam memunculkan ide-ide
yang sangat imajinatif dan realistis. Alhasil, lagu Pemburu Cinta pun
diaransemen dengan musik yang lebih menggelegar. Bukan Band menjadi jawara dan
“jaya” pada masa itu.
Taheta "Jaya" Maleh (Lead Guitarist) |
Partnernya juga punya daya tangkap yang
sangat baik terhadap hasil aransemen. Bertindak sebagai bassis, lelaki kulit hitam dari Deli Serdang, Sumatera Utara ini
punya faktor x. Ia membetot bass-nya
dengan energi yang benar-benar padu bersama musik. Walau kemampuan memainkan
bass baru berkembang saat band ini terbentuk, namun ia mampu belajar dengan
sangat cepat. Beberapa rangkaian bunga-bunga
bass yang rumit dan tidak pernah aku bayangkan, dapat ia kuasai dengan teknik
yang mantap. Vokalnya juga bagus. Terkadang, ia lebih gemar bermain gitar dan
bernyanyi lagu-lagu romantis dengan merdu. Barangkali, baginya bass dan gitar
ibarat seorang wanita. Kehandalannya memperlakukan kedua alat musik ini,
sedikit banyak dipengaruhi oleh bakatnya dalam menarik perhatian wanita. Pesona
gelap sang bassis menjadi penerang
mata dan hati kaum hawa. Ia juga sahabatku yang sangat mengerti, humoris dan
jenius. Sebagai personil yang lebih dewasa dari segi usia di grup band kami, ia
lebih cakap mengakomodir keinginan teman-teman lainnya. Termasuk saat
perlombaan. Kedewasaannya adalah “rahmat” bagi kelangsungan Bukan Band.
"Rahmat" Hidayat (Bassis) |
Ada juga personil khusus yang menjadi bagian
dari band sebagai rhythm guitarist.
Khusus, karena sebenarnya ia terlambat menjadi bagian dari band ini. Khusus
juga, karena keberadaan manusia super lucu, konyol dan unik ini benar-benar
menjadi daya tarik tersendiri bagi Bukan Band. Barangkali, kalau pria asal
Bontang ini tidak menjadi personil, keunikan Bukan Band tidak muncul ke hadapan
penonton. Tidak ada yang spesial dari dirinya terhadap musik. Selain suara
vokalnya yang tidak pernah sinkron dengan lagu, ia juga tidak berbakat menjadi
gitaris. Kami harus bekerja keras memberi pelajaran baginya untuk memainkan
berbagai chord yang dibutuhkan di
lagu Pemburu Cinta dan lagu-lagu lainnya. Privat gitar khusus baginya. Namun,
aku salut dengan semangat pantang menyerahnya. Entah ia punya misi tertentu
untuk bergabung dengan kami, kehadirannya benar-benar menginsipirasi
nilai-nilai yang cocok dengan kekompakan dan kebersamaan grup hingga saat ini.
Partisipasinya sangat “bagus” untuk membuat band menjadi populer di angkatan
delapan belas.
"Bagus" Susanto (Rhythm Guitarist) |
Lain halnya dengan sang vokalis. Percaya atau tidak, stereotype
orang-orang timur yang punya bakat khusus secara keturunan dalam hal bernyanyi
ada pada dirinya. Konyolnya, dia adalah vokalis
yang kurang cepat tangkap. Maksudku, beberapa teks lagu terkadang tidak bisa
lepas dari tangannya. Entah kurang bisa menghafal dengan baik. Seringkali
permainan kami harus menyesuaikan dengan lirik-lirik yang ia ucapkan, karena
ada lirik yang terlewatkan atau terlupakan olehnya. Namun, pria parlente dari Pulau Buru ini berhasil
membuktikan ke-ambonan-nya dalam dunia tarik suara, baik di dalam grup band
maupun secara solo. Alokasi
pernafasannya mungkin cukup kuat untuk mencapai nada-nada tinggi. Jenis suara
yang khas, paras rupawan, tubuh yang proporsional, gestuur yang sangat menjiwai, dan fashionable membuat dirinya pantas jadi personil paling depan di
grup ini. Dia adalah penentu berhasil tidaknya aransemen musik rock kami. Dia adalah pemicu adrenalin
untuk menggiring penonton mencapai klimaks sesuai penampilan kami. Dia adalah “gemilang”
yang lengkap bagi musik kami.
Syaiful "Bahri" Jainahu (Vokalis) |
Tanggal 16 Agustus 2008 menjadi hari
bersejarah bagi Bukan Band. Kami menjadi satu-satunya band yang kompak, rapi
dan berbeda dari segi penampilan. Kami juga menyajikan tingkah konyol dan unik
namun dalam batas yang wajar, sehingga berhasil menyedot perhatian juri dan
penonton. Kami juga berhasil menyajikan lagu rock and roll yang melodis, heboh, teratur dan tanpa kebisingan
yang berlebihan, sehingga aku yakin siapa saja yang menonton ikut menikmati.
Walau sebenarnya semangatku saat itu terlampau berapi-api hingga tempo musik
kami lebih cepat dari biasanya, namun hal itu tidak mengurangi fokus personil
lainnya. Interest penonton dibuktikan
di panggung itu.
Sang vokalis
menerima setangkai mawar dari salah seorang penonton wanita. Sang rhythm guitarist dijepret berkali-kali
oleh wanita yang saat ini menjadi calon istrinya. Sang bassis mendapat teriakan histeris dan decak kagum dari teman-teman
wanita kelas kuliahnya yang duduk persis di hadapannya. Sang lead guitarist mampu membuat panitia dan
juri standing applause karena
melodi-melodinya yang begitu mempesona. Sang drummer? Tak perlu kujawab begitu detil, kawan. Aku yakin, beberapa
dari mereka tidak menyangka aku mampu menabuh drum dan tampil pada siang itu.
Mungkin menampilkan ekspresi melongo, setengah tak percaya.
Saat tampil (Bukan Band) |
Aku sendiri juga tak percaya. Ya, totalnya,
gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai pendukung dan penonton lainnya memenuhi
serambi depan Balairung Nagara Bhakti setelah kami tampil. Luar biasa. Sulit
dipercaya. Terlebih ketika nama Bukan Band dinobatkan sebagai juara pertama
festival itu. Unbelievable.
Begitulah, kawan. Sekelumit cerita historis
sebuah grup band yang paling fenomenal di perjalanan hidupku. Dalam
perkembangannya, beberapa kisah suka dan duka turut mewarnai kebersamaan di
antara kami.
Jikalau menonton beberapa penampilan latihan
yang sempat direkam dalam bentuk foto dan video,
sungguh sangat merindukan semangat kekonyolan dalam musikalitas unik nan
menarik. Semoga suatu saat dapat berkumpul kembali.
Bukan Band saat Pengukuhan Pamong Praja Muda (12 Sep 2009) |
Didedikasikan untuk empat orang
sahabat terbaikku di Bukan Band.
Taheta “Jaya” Maleh, “Rahmat”
Hidayat, “Bagus” Susanto,
dan Syaiful “Bahri” Jainahu.
Semoga kesehatan dan kesuksesan
menyertai kita semua.
*****************
Pemburu
Cinta (by: Kapten)
Keren
dan punya pesona, panas dan sangat menggoda
Semua
pria, takkan menolaknya
Ratu
di setiap pesta, tapi tak bisa setia
Selalu
berdamping pria, si Pemburu Cinta
Ku
tak mau menjadi korban berikutnya
Si
Pemburu Cinta
Yang
selalu mencari kenikmatan pria
Si
Pemburu Cinta
kerennn
ReplyDelete