Sedekah, mendengar namanya, orang sudah kenal keutamannya. Sedekah berasal dari As-Shidq, yang berarti jujur. Seorang muslim yang bersedekah berari dia membuktikan kejujuran dalam beragama. Betapa tidak, harta yang merupakan bagian yang dia cintai dalam hidupnya, harus diberikan kepada pihak lain. Karena itulah, Nabi Muhammad SAW menyebut sedekah sebagai "burhan" atau bukti. Dalam hadits dari Abu Malik Al-Asy'ari, Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Shalat adalah cahaya. Sedekah merupakan bukti. Sabar itu sinar panas, sementara Al-Quran bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu." (HR. Muslim)
Sedekah |
Sedekah disebut "burhan" karena sedekah merupakan bukti kejujuran iman seseorang. Artinya, sedekah dan pemurah identik dengan sifat seorang mukmin. Sebaliknya, kikir dan bakhil terhadap apa yang dimiliki identik dengan sifat orang munafik. Untuk itulah, setelah Allah menceritakan sifat orang munafik, Allah sambung dengan perintah agar orang yang beriman memperbanyak sedekah. Allah berfirman (yang artinya),
"Infakkanlah sebagian dari apa yang Aku berikan kepada kalian, sebelum kematian mendatangi kalian, kemudian dia meminta belas kasih: "Ya Rabb, andai Engkau menunda ajalku sebentar saja, agar aku bisa bersedekah dan aku menjadi orang shaleh." (QS. Al-Munafiqun: 10)
Untuk itulah, seorang hamba hanya akan mendapatkan hakikat kebaikan dengan bersedekah, memberikan apa yang dia cintai. Allah berfirman (yang artinya), "Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai kalian infakkan apa yang kalian cintai." (QS. Ali Imran: 92)
Sedekah dengan banyak keutamaan tentu memiliki nilai yang bertingkat-tingkat sesuai keadaan ketika bersedekah. Diantara keadaan tersebut adalah:
- Sedekah secara rahasia;
- Sedekah ketika masih sehat, kuat dan punya harapan hidup lebih lama;
- Sedekah yang diberikan setelah menunaikan kewajiban nafkah keluarga;
- Sedekah pada saat krisis;
- Nafkah untuk keluarga; dan
- Sedekah kepada kerabat.
Ingatlah, tetap niatkan sedekah ikhlas hanya karena Allah dan jangan mengharap keuntungan dunia semata.
"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan pun di Akhirat" (QS. Asy-Syuraa: 20)
Comments
Post a Comment