“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan) karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Pada hakikatnya persaudaraan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Dengan persaudaraan interaksi sosial di masyarakat aman, lancar dan nyaman. Di tempat kerja atau tempat menuntut ilmu, suasana persaudaraan menumbuhkan sinergi, saling menolong dan meningkatkan kinerja gairah belajar dan bekerja. Lebih dari itu, persaudaraan mengundang rahmat Allah SWT.
Karena itu, sudah semestinya kita selalu berupaya menjaga persaudaraan. Jangan beri peluang sekecil apa pun titik api permusuhan membesar dan menghanguskan nilai-nilai persaudaraan. Maka, apa saja yang mesti kita jaga agar persaudaraan tetap lestari?
Persaudaraan hendaknya dijaga dengan selalu berpikir yang baik-baik. Lihatlah hal-hal yang baik dari teman-teman kita. Maka, kita akan menemukan sekian banyak kebaikan pada dirinya. Hal ini dapat menumbuhkan perasan positif dan menguatkan persaudaraan. Janganlah berpikir negatif dengan prasangka yang sepatutnya, apalagi jika kita kemudian terpancing mencari-cari kesalahannya. Setiap orang tentu punya kelemahan dan kekurangan. Tidak semestinya persaudaraan yang sudah terjalin lama, hancur hanya karena prasangka. Dengan prasangka baik, komunikasi akan lancar. Kalaupun ada kesalahan akan bisa dijernihkan. Dengan demikian, suasana persaudaraan akan tetap terjaga dan kita pun merasakan nyaman dan bahagia.
Jaga Perkataan
Berbicaralah dengan baik. Kata-kata positif akan menyambung hati dan menumbuhkan persaudaraan. Sebaliknya, kata-kata yang buruk dan negatif bisa memutus dan menyakitkan hati seseorang. Ibarat pepatah, lidah bagaikan—bahkan lebih dari—pedang yang amat tajam. Luka tergores pedang bisa sembuh dengan cepat, tetapi luka akibat perkataan bisa dibawa sampai mati. Membicarakan kebaikan teman akan menumbuhkan optimisme dan merekatkan tali persaudaraan. Sebaliknya, membicarakan keburukan teman sama dengan menebar racun yang mematikan, apalagi bila saling menimpali dan menertawakannya bahkan dilakukan oleh teman sendiri yang telah dipercaya.
Allah SWT berfirman, “...dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudarannya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Rasulullah SAW pub bersabda, “Seorang mukmin bukanlah tukang pemberi celaan, tukang melaknati orang, tukang berkata kotor atau berkata rendah.” (HR. Tirmidzi)
Sebagai umat muslim yang beriman, sudah sepantasnya kita menjaga etika dalam bersahabat dan bersaudara agar tidak ada yang tersakiti dengan perkataan-perkataan kita baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Jaga Tindakan
Bersabar dalam mengambil tindakan dengan meminta klarifikasi kepada orang yang mencuatkan berita negatif tentang saudara atau teman kita merupakan salah satu sikap mukmin sejati.
Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Tindakan yang baik akan mengundang respon yang baik, sebaliknya tindakan yang buruk akan memancing respon yang buruk pula. Karena itu, bila ada persengketaan antar kaum muslim jangan sampai justru kita terprovokasi dan memperkeruh suasana. Ikut memperbaiki hubungan mereka adalah tindakan nyata bahwa kita bagian dari muslim yang menjaga tindakan dalam bersaudara. Maka, perdamaian pun lebih mudah terwujud.
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara saudaramu (yang berselisih) itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Persaudaraan adalah nikmat yang harus dijaga, Syukuri dengan menata pikiran yang baik, berkata-kata yang positif dan tindakan yang berakhlak. Dengan begitu, kita mendapat tambahan nikmat dan rahmat yang lebih banyak lagi dalam kehidupan ini dari Allah SWT dan syafaat Rasulullah di hari kemudian.
(Disadur dari tulisan Hanif Hanan dalam Buletin Hanif Edisi 29 Maret 2013)
Comments
Post a Comment