Kemana akan dibawa luka?
Tanya senyap dalam dirinya
Kemana akan dibawa perih?
Tanya sembilu dalam hatinya
Kemana akan dibawa sakit?
Tanya pedih dalam sepinya
Begitu habis kata oleh bisa yang beracun
Begitu hilang makna oleh keingkaran yang menahun
Sakit terus menjalar, perih terus membakar
Lepuh datang, daya terbang
Remuk kian terasa sampai ke tulang
Jangan, jangan biarkan
Bertemulah, dengan jiwa
Bertemulah!
Luka akan dibasuh oleh ayat-ayat syukur
Perih akan dilerai oleh tawakkal yang lebur
Sakit akan diobati oleh ikhlas yang jujur
Sungguh, sungguh
tak mudah melihat duri, terus
tumbuh menusuk perjalanan
Melihat genangan, pengkhianatan
Melihat lelobang, penghakiman
Melihat rerimbun, kemunafikan
Hanya khusu’
hanya tawadhu'
hanya ruku’
membuat tak hilang dari badan
meski goncangan kian datang
tiada kepalang!
(Dalam seteguk Fajar, Langit Beurawe. 15 Oktober 2012)
Tanya senyap dalam dirinya
Kemana akan dibawa perih?
Tanya sembilu dalam hatinya
Kemana akan dibawa sakit?
Tanya pedih dalam sepinya
Begitu habis kata oleh bisa yang beracun
Begitu hilang makna oleh keingkaran yang menahun
Sakit terus menjalar, perih terus membakar
Lepuh datang, daya terbang
Remuk kian terasa sampai ke tulang
Jangan, jangan biarkan
Bertemulah, dengan jiwa
Bertemulah!
Luka akan dibasuh oleh ayat-ayat syukur
Perih akan dilerai oleh tawakkal yang lebur
Sakit akan diobati oleh ikhlas yang jujur
Sungguh, sungguh
tak mudah melihat duri, terus
tumbuh menusuk perjalanan
Melihat genangan, pengkhianatan
Melihat lelobang, penghakiman
Melihat rerimbun, kemunafikan
Hanya khusu’
hanya tawadhu'
hanya ruku’
membuat tak hilang dari badan
meski goncangan kian datang
tiada kepalang!
(Dalam seteguk Fajar, Langit Beurawe. 15 Oktober 2012)
Puisi ditulis oleh Zubaidah Djohar (Senior Researcher The Aceh Institute)
Comments
Post a Comment