“...Oh Andromeda, biarlah engkau bersinar di
antara ribuan bintang lainnya
Sebagai isyarat Tuhan akan pesona dan keagungan
cinta, yang berharap kembali
Namun suatu saat nanti pelitamu ’kan abadi bersama mimpi...”
(Dear
Andromeda: Kabisat)
Chapter
7
--------------------------------------------
Yunani dan Ethiopia Sebelum Masehi
--------------------------------------------
Kalimat-kalimat
cerdik dari Nereid—Venus dan para dewi laut—berhasil menambah kemarahan
Poseidon. Sebagai Dewa yang menguasai laut, Poseidon tidak senang mendengar
kesombongan istri Raja Ethiopia yang mengumbar kecantikan dirinya dan putrinya
di seantero negeri mereka itu.
Sontak,
rakyat Ethiopia bangkit cemasnya. Mereka takut akan murka Dewa Laut yang
terkenal temperamental. Kekhawatiran mereka akhirnya menjadi kenyataan. Cepheus
sebagai pemimpin tertinggi negeri Ethiopia mengumumkan peringatan Poseidon ke
seluruh penjuru negeri. Seketika bencana memporak-porandakan seluruh wilayah.
Kraken, sang monster laut kiriman Poseidon meluapkan amukan ganasnya.
Ratu
Cassiopeia bertambah kepanikannya, tatkala Poseidon menginginkan ia untuk
mengorbankan jiwa dan raga putrinya yang cantik jelita. Andromeda. Sungguh amat
mahal harga dari sebuah kesombongan yang harus dilunaskan oleh sang Ratu.
Situasi dilematis melanda petinggi kerajaan. Satu sisi, mereka wajib untuk
menyelamatkan rakyat dari kemarahaan Poseidon. Namun, di sisi lain mereka juga
enggan mengorbankan putri Andromeda kepada Kraken.
Ilustrasi Andromeda, Perseus dan Kraken |
Sang
putri hanya bisa pasrah. Sejak awal, Andromeda menyadari jika kecantikan
dirinya akan mendatangkan malapetaka yang beragam. Ia teringat ketika dirinya
menjadi rebutan Phineus dan Pegasus. Masing-masing pria yang sangat
mencintainya saling bersaing untuk membuktikan keikhlasan dan kelembutan hati
yang dipinta oleh Andromeda sebagai syarat untuk mempersunting dirinya.
Perlahan,
Andromeda berhasil mengungkap usaha suap yang dilakukan Phineus kepada sang
Raja agar Cepheus bersedia menjodohkan Phineus dengan dirinya. Usaha licik
Phineus yang membuahkan hasil membuat murka Pegasus sebagai kompatriotnya.
Andromeda juga sadar jika Pegasus menjadi salah satu dalang untuk mempropaganda
Poseidon agar memusnahkan negeri Ethiopia. Permintaan agar Ratu Cassiopeia
menyerahkan Andromeda kepada Kraken pun adalah salah satu cara agar Pegasus
mendapatkan tambatan hatinya itu.
Andromeda
tak berdaya. Ia pun memutuskan menunggu “jemputan” Kraken di tepi laut. Dengan
begitu, ia akan menyelamatkan ayah, ibu dan seluruh rakyat Ethiopia dari
kehancuran yang makin parah. Dalam air mata harap, Andromeda masih menunggu
Phineus—jodoh dari ayahnya—agar bersedia menyelamatkan dirinya dari terkaman
Kraken. Namun, mengetahui watak licik dan pengecut Phineus telah membuat
dirinya putus harapan. Terang saja, dari kejauhan Andromeda menyaksikan
ketakutan Phineus yang lari tunggang-langgang menyelamatkan diri untuk menghindari bencana.
Kepasrahan dan kesedihan
Andromeda tak membuat kecantikannya luntur. Seorang pemuda setengah dewa yang
gagah berani telah lama terpikat oleh pesona sang putri Kerajaan Ethiopia itu. Pemuda
yang bernama Perseus itu konon adalah putra Zeus—Dewa Petir—dari seorang wanita
biasa. Ia berhasil menjalankan misinya untuk membawa pulang kepala Medusa—iblis
wanita berambut ular—untuk mengatasi Kraken si monster laut. Dalam sekejap,
kepala medusa mampu menyihir Kraken menjadi batu. Andromeda pun selamat dari
murka Poseidon dan kroni-kroninya.
Keberanian
Perseus membuat Andromeda jatuh cinta. Ia melihat pemuda yang ikhlas mengabdi
untuk Ethiopia. Ia melihat pula kelembutan hati yang teramat sangat. Andromeda
yang penuh pesona akhirnya merajut cinta bersama Perseus. Kecantikan Andromeda
mendapat tempat yang layak di hati Perseus dalam momen yang bersejarah.
------------------------------------------------
Persia dan Jerman, 965 dan 1612 Masehi
------------------------------------------------
Momen
bersejarah juga dialami oleh Azophi. Pemuda muslim dari negeri Persia itu
menyaksikan sebuah objek aneh di area langit yang ia amati dengan mata telanjang. Ia kemudian menyebutnya
nebula atau awan kecil. Sebagai seorang astronom timur tengah tahun 965 Masehi,
Azophi ingin agar penemuannya diperjelas oleh generasi masa depan.
Potret Galaksi Andromeda |
Berdasarkan
buku perbitangan Azophi yang berjudul Suwar Al Kawakib, astronom Jerman Simon Marius pada
tahun 1612 berhasil menyaksikan lebih jelas objek aneh tersebut. Ya, nebula
atau awan kecil itu berada di rasi bintang Andromeda. Bentuk spiralnya sangat
indah nan mempesona, layaknya kecantikan putri Andromeda yang dilukiskan para
filsuf Yunani dalam mitologi-mitologi mereka. Akhirnya, nebula yang
diklasifikasikan sebagai galaksi terdekat dengan Milky Way atau Bima Sakti itu diberi nama Galaksi Andromeda.
-----------------------------------------------------
Meulaboh (Ibukota Aceh Barat), 1995 Masehi
-----------------------------------------------------
Cita-cita
menjadi seorang astronot adalah hal terkonyol yang pernah diimpikan. Bagi anak
kecil yang saat itu berumur 7 tahun, menjadi seorang astronot adalah mimpi yang
logis. Maklum, masih anak-anak. Namun, kenapa bukan cita-cita yang lebih
realistis seperti menjadi pegawai negeri, dokter, pengusaha, guru, artis,
olahragawan, pemusik, atau pilot? Ya, setidaknya 18 tahun yang lalu aku
berpikir bahwa astronot adalah cita-cita tertinggi dari cita-cita lainnya.
Alasannya, karena astronot bekerja di luar angkasa. Bukan bekerja di bumi
seperti pekerjaan lainnya itu.
Perlahan
tapi pasti, aku menyadari bahwa menjadi astronot adalah hal yang sangat
mustahil. Walaupun di sebuah perlombaan cerdas cermat mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) aku lebih memfokuskan diri untuk belajar tentang tata
surya dan alam semesta, namun aku tak pernah menemukan riwayat sejarah yang
mengkisahkan putra-putri bangsa Indonesia menjadi seorang astronot. Muak rasanya
membaca nama-nama astronot seperti Yuri Gagarin, Neil Armstrong, Edwil Buzz Aldrin, Michael
Collins, Sheikh Muszaphar Shukor, Valentina Tereshkova, dan Yang Liwei di
berbagai literatur astronomi dan antariksa. Apalagi setelah mengetahui impian
Pratiwi Pujilestari Sudarmono dan Taufik Akbar dsari Indonesia yang kandas terbang ke luar
angkasa pada tahun 1986 silam karena ada tragedi ledakan pesawat ulang-alik
Challenger yang merengut tujuh astronot binaan National Aeronautics and Space Administration (NASA).
Astronot-astronot |
Tapi,
selalu ada jalan menjadi "astronaut wanna
be". Semenjak lulus SD, aku keranjingan membaca dan mengumpulkan buku-buku
yang membicarakan tentang matahari, planet, galaksi, komet, meteor, kehidupan
di luar bumi, rasi bintang, lubang hitam, dan lain sebagainya. Pada malam-malam
tertentu, aku mematuhi jadwal hujan meteor dengan tema berbeda-beda. Duduk di
atap rumah dan menyaksikan langit berhias bintang. Lyrids, Eta Aquarids, Perseid, Orionid, dan Leonid merupakan wilayah rasi bintang
yang menjadi starting point kemunculan
meteor-meteor itu. Jika mujur, aku bisa menemukan beberapa puluh “bintang
jatuh” yang terang dan melesat cepat lalu hilang ditelan cakrawala.
Hampir
di setiap pagi dan menjelang senja aku menyebar pandangan ke langit timur dan
barat. Sekedar untuk mengamati Merkurius yang malu-malu, menikmati keindahan
Venus yang penuh pesona, atau menantang Mars yang kemerahan dan penuh misteri.
Beberapa kali juga aku sanggup menunggu kehadiran gerhana bulan dan gerhana
matahari yang terkadang jarang kelihatan sempurna untuk wilayah Meulaboh dan
sekitarnya. Aktivitas itu semakin seru dan mengasyikkan. Aku menikmatinya.
Seiring
waktu, aku menghapus visiku untuk menjadi astronot. Namun, aku tak dapat
menolak gairahku saat menatap keindahan langit bersama peristiwa yang ada di
atas sana. Semangat yang teramat sangat, seperti kerasukan setan luar angkasa.
Aku tidak ingin melewatkan keindahan lukisan Allah di angkasa raya. Aku juga menyimpan
target pengamatan lainnya yang belum sempat kusaksikan. Persinggahan beberapa
komet dari perjalanan jauhnya dan asteroid yang lepas dari sangkarnya sudah
kutulis dalam list rencana pengamatan.
Namun, hingga saat ini aku tak bisa menikmati keindahan galaksi tetangga Bima
Sakti yang konon sangat indah dan menawan. Setidaknya, aku lega mengetahui bahwa galaksi cantik yang disebut Andromeda itu masih tetap mempesona hingga sekarang.
---------------------------------------------------------
Pandega Siwi Sleman (Yogyakarta), 2013 Masehi
---------------------------------------------------------
Januari
2013 menjadi awal perkuliahan semester II. Sebagaimana awal semester baru, terkadang
masih banyak waktu luang yang kumanfaatkan untuk melakukan perjalanan menyisiri
Yogyayakarta dan sekitarnya. Bertemu sahabat-sahabat lama menambah seru
kisah-kisah baru selama di perantauan.
Hari
pertama kuliah di semester II, kami mendapat pengalaman berharga tentang seni
manajemen sumber daya manusia dari negeri gingseng, Korea Selatan. Empat orang
dosen sebagai pemateri dan empat orang mahasiswa-mahasiswi Magister of Public Administration dari Sung Kyun Kwan University South Korea menyajikan materi dan
pengalaman menarik bagi kami untuk bersiap sebagai seorang manager aparatur
kelak.
Mahasiswa dan mahasiswi SKKU Korea Selatan |
Ada
yang berbeda pula pada kolom-kolom time
table di dinding kamarku kali ini. Ya, aku menambah dua kegiatan rutin yang
menjadi aktivitas di luar jadwal perkuliahan. Pertama, berlatih menajamkan
teknik bermain drum di Sriwijaya
Music Centre & School. Mas Aris menjadi guru privatku. Setiap senin atau
kamis sore aku sabar meluweskan gerakan-gerakan tangan dan kakiku yang masih
sangat kaku. Ketika rock menjadi
andalanku, aku dibuat “mati kutu” mempelajari jazz, swing, slow rock, dan progressive. Jurus-jurus triplet,
roll dan fill-in yang sederhana menurutnya justru membuatku kelabakan dan
keringat dingin. Masih harus banyak belajar.
Kedua,
jadwal futsal mingguanku bertambah. Pria-pria tangguh MAP Bappenas Angkatan VII
sangat bersemangat untuk rutin bermain futsal setiap rabu sore di Djuragan
Futsal. Keseriusan pun dibuktikan dengan launching
jersey tim futsal kelasku. Dominasi
warna kuning berpadu hitam yang tak terjabarkan nilai filosofinya itu kini
menjadi kebanggaan kami semua. Cukup ampuh untuk besarkan jiwa korsa dan
kekompakan tim.
Tim Futsal MAP Bappenas VII |
Salah
seorang sahabat karibku dari Merauke berkunjung ke Yogya. Ini adalah kali
pertama aku berjumpa ia kembali setelah hampir tiga tahun berpisah sejak di
Jatinangor dahulu. Sangat rindu. Ia orang yang penuh keceriaan. Gelak tawa khas
papua dalam kemasan MOB ringan yang
dilontarkan oleh pemuda berdarah jawa ini kerap kali jadi pembuluh rindu. Dia
sahabatku saat gitar dan curahan hati beriringan dalam gelap malam NTT Atas. Dia
adalah orang yang mencetuskan ide mengusiliku di Kabisat yang kelima. Hasilnya:
momen yang tak terlupakan sepanjang Kabisatku saat itu. Pertemuan singkat kami di
Yogya kami tutup dengan karaoke ria.
Prastyo Adi Cahyo |
Sungguh
beruntung dikelilingi sahabat-sahabat terbaik. Selepas Februari 2013, sahabat
karibku di SMA yang baru saja menjadi pengantin baru kembali berkunjung ke kota
tempat ia kuliah dahulu. Ia dan istrinya mengajak kami berkeliling Yogya.
Mengisi perut di Warung Gulai Kambing khas Aceh ala Bang Udin di dekat boulevard
UGM dan melepas dahaga di Jogja Milk semakin menambah kerinduan akan
kampung halaman. Terlebih lagi ketika berkumpul dengan teman-teman alumni Wira
Bangsa yang ada disini.
Alumni Wira Bangsa di Yogya |
Sebulan
kemudian, sahabat karibku dari Muara Teweh juga mampir kemari. Gitaris Bukan
Band ini punya kans menetap di Kota
Gudeg karena niatnya untuk melanjutkan magister di program studi yang sama
denganku. Setidaknya, aku perlu mengajaknya untuk menikmati kreatifitas para
musisi Yogyakarta. Kafe Pasta Dixie di Gejayan jadi tempat yang tepat. Performa Jasmine Band dalam tema Unplugged: Tribute to Bon Jovi setidaknya mampu menjadi bahan
nostalgia bagi aku dan dia saat tampil di Ksatrian dahulu.
Taheta Jaya Maleh |
Alhamdulillah,
semester II dilalui dengan cukup tenang. Kami bisa bernafas lebih dalam untuk
kali ini. Dan berkumpul bersama para sahabat adalah waktu paling tepat untuk
mengusir kejenuhan akibat rutinitas sehari-hari. Layaknya Andromeda,
sahabat-sahabat terbaikku juga layak disebut bintang. Ya, prestasi mereka di tempat
kerja atau tempat kuliah membuat mereka seperti bintang. Bersinar terang dan
punya cahaya pengalaman untuk dibagi denganku. Mereka masih ada, menjelajahi orbit persahabatan. Menjadi bintang yang punya keikhlasan dan kelembutan hati. Sampai jumpa di lain waktu, kawan.
Comments
Post a Comment