Tak terbaca, entah.
Menepis prasangka adalah pilihan paling bijak.
Menanti tulisan adalah pilihan paling masuk akal.
Bahagia adalah harapan.
Tak terhitung, entah.
Menyitir doa adalah pilihan paling bijak.
Menyebut namamu adalah pilihan paling masuk akal.
Mimpi adalah harapan.
Tak terjelaskan, entah.
Mencintaimu adalah pilihan paling bijak.
Memilikimu adalah pilihan paling masuk akal.
Pernikahan adalah harapan.
Entah apa yang kubaca, kuhitung dan kujelaskan.
Aku bijak, hati menuntunku padamu.
Aku masuk akal, logika membawaku padamu.
Aku berharap, kamu.
Prasangka sulit ditolak, tapi belum kutahu doa diterima.
Nyatanya cinta tetap tak berubah.
Tulisan yang kesekian kali belum kuterima, tapi berkali-kali namamu terucap olehku secara berirama.
Nyatanya, memilikimu ialah usaha tanpa putus asa.
Akhirnya, kita sadar cinta adalah memiliki.
Kita paham pula tentang memiliki cinta.
Dan harapan menikahimu adalah mimpi bahagia yang harus jadi nyata.
Hingga saatnya tiba,
ternyata kita telah belajar banyak untuk membaca;
ternyata kita telah belajar banyak untuk berhitung;
ternyata kita telah belajar banyak untuk menjelaskan.
Pelajaran itu, Cinta,
telah menyediakan dunia bagi Aku dan Kau
untuk membaca, berhitung dan menjelaskan apa yang kita maknai berdua saja.
Ya, hanya kita.
Aku dan Kau, yang mampu memaknai semuanya.
Kita adalah cinta yang bermain kata.
Kita sedang bermain kata cinta.
Lalu, mari katakan:
"nikmat mana lagikah dari Sang Maha Pencipta Cinta yang kita dustakan?"
Menepis prasangka adalah pilihan paling bijak.
Menanti tulisan adalah pilihan paling masuk akal.
Bahagia adalah harapan.
Tak terhitung, entah.
Menyitir doa adalah pilihan paling bijak.
Menyebut namamu adalah pilihan paling masuk akal.
Mimpi adalah harapan.
Tak terjelaskan, entah.
Mencintaimu adalah pilihan paling bijak.
Memilikimu adalah pilihan paling masuk akal.
Pernikahan adalah harapan.
Entah apa yang kubaca, kuhitung dan kujelaskan.
Aku bijak, hati menuntunku padamu.
Aku masuk akal, logika membawaku padamu.
Aku berharap, kamu.
Prasangka sulit ditolak, tapi belum kutahu doa diterima.
Nyatanya cinta tetap tak berubah.
Tulisan yang kesekian kali belum kuterima, tapi berkali-kali namamu terucap olehku secara berirama.
Nyatanya, memilikimu ialah usaha tanpa putus asa.
Akhirnya, kita sadar cinta adalah memiliki.
Kita paham pula tentang memiliki cinta.
Dan harapan menikahimu adalah mimpi bahagia yang harus jadi nyata.
Hingga saatnya tiba,
ternyata kita telah belajar banyak untuk membaca;
ternyata kita telah belajar banyak untuk berhitung;
ternyata kita telah belajar banyak untuk menjelaskan.
Pelajaran itu, Cinta,
telah menyediakan dunia bagi Aku dan Kau
untuk membaca, berhitung dan menjelaskan apa yang kita maknai berdua saja.
Ya, hanya kita.
Aku dan Kau, yang mampu memaknai semuanya.
Kita adalah cinta yang bermain kata.
Kita sedang bermain kata cinta.
Lalu, mari katakan:
"nikmat mana lagikah dari Sang Maha Pencipta Cinta yang kita dustakan?"
Comments
Post a Comment