September ini kosong.
Sebenarnya tidak.
Isinya hanya ini.
Tapi, bisa dibilang tidak berisi.
Kau akan membacanya jika memasukkan kata kunci 'September'.
Dan seketika kau akan tidak membacanya lagi.
Buat apa bertanya, coba lihat kalimat awal tulisan ini: kosong.
Begini saja.
Kalau kau bersedia, simak sedikit sampai akhir.
Anggap saja kau menghargaiku atas tulisan ini;
dan aku menghargaimu untuk hapus rasa penasaran.
Seperti aku yang juga penasaran; mengapa aku harus menulis ini?
Ini sudah di ujung, ujung September.
Ini juga sudah di ujung, ujung tulisan.
Tapi, ini belum berakhir.
Siapa bilang purnama ketigabelas kemarin sudah usai?
Jelas belum.
Bulan hanya kosong sebentar saja.
Bulan menunggu dirinya diisi oleh cahaya.
Hanya saja, cahaya-cahaya itu sedang berkelebat dalam pusat sistem saraf.
Ujung September ini akan bertemu pangkal Oktober.
Ujung tulisan ini akan bertemu pangkal cerita; bukan puisi.
Jadi, tunggu saja bulan depan.
Bagaimana menurutmu?
Sudahlah, kau pasti bisa menyitir sebuah kata nasehat penting dari sini.
Apalagi jika bukan kata 'sabar'.
Asal kau tahu, sabar tak akan membuat kosong.
September selalu sabar menunggu gilirannya.
Aku juga akan memulai sabar menunggu giliranku.
Seperti kau yang selalu sabar menunggu giliranmu.
Comments
Post a Comment