Chapter 1
Ya, Pandega Siwi. Itulah nama dusun tempat kami tinggal saat ini. Sebuah dusun yang terletak di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta yang asri dan nyaman. Tidak sulit bagimu untuk bertemu denganku di rumah kontrakan sederhana ini. Jika engkau melihat Pizza Hut di Jalan Kaliwurang Km. 5,5 dan sebuah gang di sebelahnya, masuklah dan engkau akan melihat sebuah warung tegal “Rizqi Ilahi” dan rumah kontrakan dengan pekarangan yang luas berhiaskan pohong mangga di depannya. Itulah rumah kontrakan yang kami tempati selama satu tahun ke depan sebagai tempat peristirahatan dari “kekejaman” kehidupan pendidikan magister ini. Indahnya kebersamaan di Pandega Siwi.
Rasa
syukur itu juga semakin bertambah, karena minggu ini adalah minggu kedua aku
dan sahabat-sahabatku menjalankan pendidikan magister di MAP UGM. Kawan,
sejujurnya menjadi mahasiswa pascasarjana yang notabene menerima beasiswa dari
Pusbindiklatren Bappenas Indonesia adalah beban yang teramat berat Betapa
tidak, kami yang berjumlah tiga puluh orang sebagai mahasiswa kelas khusus Bappenas
Angkatan ke 7 di jurusan Map UGM dituntut untuk mengikuti kegiatan perkuliahan
yang telah disesuaikan SKS dan waktunya agar selesai dalam jangka waktu 13
bulan. Secara sederhana dapat dimaknai bahwa kontrak kerjasama yang dibangun
antara sang donatur dan penyedia ilmu mengharuskan kami untuk belajar, bergerak
dan bekerja lebih ekstra agar mampu menyelesaikan perkuliahan, penelitian,
ujian tesis, yudisium dan wisuda dalam waktu 1 tahun 1 bulan. Proses akselerasi
pendidikan ini benar-benar kami rasakan pada saat-saat sekarang ini, yaitu
ketika setiap harinya kecuali hari minggu kami senantiasa siap menyetor muka,
memarkirkan konsentrasi dan menghadirkan kebersamaan antara dosen dan mahasiswa
mulai pukul delapan pagi hingga selesai pukul empat sore. Suatu kegiatan yang
tidak mudah, melelahkan dan membosankan. Ternyata, akibat dari pengkarbitan itu
belum berhenti. Kami juga diwajibkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
datang silih berganti setiap harinya. Kawan, sekali lagi ini tidak mudah. Tidak
mudah.
Memasuki
awal minggu kedua perkuliahan—seiring bertambahnya tugas-tugas pribadi dan
kelompok—aku dan sahabat-sahabat MAP Bappenas Angkatan ke 7 bergabung bersama
seluruh mahasiswa baru pascasarjana di gedung Grha Sabha Pramana UGM untuk
mengikuti kuliah perdana dengan pembicara Prof. Dr. Muhammad Mahfud MD, S.H, SU
yang merupakan Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia. Suasana kuliah perdana di
gedung ini menyiratkan kenangan ketika mengikuti stadium general para pejabat
negara dan kepala daerah di Balairung Rudini IPDN. Apalagi ketika Pak Mahfud
menegaskan bahwa . Sebagai seorang birokrat dan purna praja, penyampaian
beliau kembali melecut hatiku untuk mengevaluasi etika dan prilaku pribadiku
selama bekerja di daerah. Ah, muhasabah memang tiada hentinya. Sungguh aku
adalah manusia yang khilaf dan keliru.
Selepas
maghrib, kuucapkan kembali selamat bermalam minggu—happy Saturday night—terutama untuk diriku lewat tulisan singkat
ini. Sebenarnya tulisan ini dalam rangka menunaikan janji yang tertunda bagi
seseorang yang berada nun jauh di kota Sultan Iskandar Muda dan Ratu
Safiatuddin. Sembari mengiringi doa agar ia selalu dalam lindungan Allah di
setiap langkah dan perbuatannya. Aamiin.
Kawan,
hari ini—Sabtu, 22 September 2012—aku menyimak, menikmati dan menjalani
momen-momen yang terjadi di sekitarku maupun di luar sana. Malam ini adalah
malam minggu ketiga aku berada di kota Yogyakarta ini. Berada jauh dari kampung
halaman sudah pasti mengguratkan rasa rindu akan kebersamaan dengan orang tua
dan sahabat-sahabat tercinta. Sejak tiba di Pandega Siwi hari Kamis tanggal 6
September 2012 yang lalu, tidak butuh penyesuaian yang terlalu kentara untuk
berbaur dengan situasi dan kondisi perantauan yang kembali berbeda ini.
Pengalaman pernah bersekolah di SMAN 5 Wira Bangsa Meulaboh dengan sistem boarding school, dan ditempa IPDN Jatinangor
membuat proses adaptasi di kota Sultan Hamengkubuwono ini terasa lebih ringan.
Ya, Pandega Siwi. Itulah nama dusun tempat kami tinggal saat ini. Sebuah dusun yang terletak di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta yang asri dan nyaman. Tidak sulit bagimu untuk bertemu denganku di rumah kontrakan sederhana ini. Jika engkau melihat Pizza Hut di Jalan Kaliwurang Km. 5,5 dan sebuah gang di sebelahnya, masuklah dan engkau akan melihat sebuah warung tegal “Rizqi Ilahi” dan rumah kontrakan dengan pekarangan yang luas berhiaskan pohong mangga di depannya. Itulah rumah kontrakan yang kami tempati selama satu tahun ke depan sebagai tempat peristirahatan dari “kekejaman” kehidupan pendidikan magister ini. Indahnya kebersamaan di Pandega Siwi.
Saat
ini, rumah kontrakan kami dihuni oleh para mahasiswa S2 Magister Ekonomika
Pembangunan UGM, yaitu abang-abang Purna Praja 16 dari Aceh Barat, Aceh
Selatan, Nias, dan Rembang. Seminggu yang lalu, seorang Purna Praja 17 asal
Sukabumi baru saja pulang kampung membawa barang-barang pribadinya dan selembar
ijazah kebanggaannya bertitel Magister of
Economic Development. Kemarin, seorang Purna Praja 16 asal Aceh Selatan
baru saja menyelesaikan sidang tesisnya dengan baik dan lancar. Beliau tinggal
menunggu pelaksanaan wisuda dan penyematan gelar yang sama pada Oktober
mendatang. Besok, seorang calon Ketua Jurusan di salah satu perguruan tinggi
negeri di Aceh juga akan berangkat pulang kampung karena telah menyelesaikan
pendidikan magisternya sebagai seorang akademisi di bidang ekonomi pembangunan.
Tinggalah kami—aku dan seorang Purna Praja 18 asal Binjai sebagai warga baru
Pandega Siwi—sebagai mahasiswa Magister Administrasi Publik (MPA) dan empat
orang mahasiswa Magister Ekonomika Pembangunan (MEP) Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Seminggu
yang lalu, keluarga besar rumah kontrakan Pandega Siwi ini membuat acara
syukuran menandai perpisahan dengan salah seorang sahabat mereka yang akan
kembali ke Sukabumi untuk kembali bertugas di instansinya. Kami—sebagai
penghuni baru—juga ikut serta dalam acara tersebut, walaupun tidak sempat
berfoto keluarga di Mirota Studio Malioboro dengan busana adat pejabat keraton
dan rakyat jelata Ngayogyakarta. Suasana konyol, lucu, dan kegembiraan
diluapkan oleh enam orang penghuni awal keluarga Pandega Siwi ini. Kami juga larut
dalam gelak tawa dan kesenangan yang mengesankan. Acara pun ditutup dengan
makan malam bersama di Food Fezt, rumah makan yang sarat dengan menu Japanese dan makanan kreasi Indonesia.
Menemani abang-abang berfoto keluarga |
Begitulah,
kawan. Hingga malam minggu ini, sungguh bersyukur telah menetap di rumah
kontrakan ini sebagai calon penghuni berikutnya menggantikan abang-abang yang
telah kembali ke kampung halaman. Di luar sana, masih banyak kawan-kawan kami
yang belum memiliki kost atau rumah kontrakan tetap alias masih menumpang
dengan di rumah sanak saudara atau kerabat dekatnya.
Suasana di lobi gedung MAP UGM |
Namun,
bukankah Allah tidak akan membebani tiap-tiap sesuatu yang tidak sanggup
dipikul oleh hamba-Nya? Bukankah menuntut ilmu yang bermanfaat adalah perintah
Allah dan Rasul-Nya agar kita derajat kita ditinggikan dan menjadi amal jariyah
sewaktu kita berada di alam barzah kelak?
Sekali
lagi—di dalam ujian dan tantangan ini—aku, kamu dan kita semua adalah insan
yang wajib bersyukur atas apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Aku
wajib bersyukur, Allah menjaga dan melindungi kesehatan orang tua serta
adik-adikku. Aku wajib bersyukur, Allah mengijabah doa dan ikhtiarku sehingga
dapat merasakan ujian-Nya di perguruan terbaik di Indonesia ini. Aku wajib
bersyukur Allah, mencukupi kebutuhan finansialku lewat rejeki-Nya yang mengalir
dari orang tua, penghasilan kerjaku, dan Bappenas. Aku wajib bersyukur, Allah
membukakan kesempatan bagiku untuk memperbaiki diri untuk lebih dekat
dengan-Nya lewat kehidupan sosial yang baru disini. Maka nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan? Semoga Allah senantiasa mengalirkan hidayah-Nya
agar kita semua konsisten dan istiqamah dalam menjalaninya. Aamiin Allahumma Aamiin.
Usai Kuliah Perdana di Grha Sabha Pramana |
Comments
Post a Comment