Begitulah kehidupan keluarga kami saat itu, saat kami baru pindah ke rumah yang baru di sebuah lorong sempit bernama Abuid dengan formasi rumah-rumah warganya yang rapat satu sama lain. Saat-saat bahagia menunggu kelahiran adikku yang ketiga. Saat-saat aku menyongsong naik ke kelas 4 dan mempersembahkan kembali peringkat 1 kepada orang-tuaku yang telah tiga kali kupertahankan dalam setiap caturwulan. Aku dilahirkan di Banda Aceh. Ibu bertaruh dengan maut saat mati-matian berjuang mendesakku keluar dari rahimnya di rumah sakit umum Zainal Abidin. Darah, peluh dan haru berbaur menjadi takbir, tasbih, dan tahmid yang dihaturkan ibu dan ayah bagi Tuhan Seru Sekalian Alam. Kata ayah, ibu dulu bersikeras menahanku untuk tinggal sehari lagi di dalam perutnya karena ia telah memilih tanggal yang tepat bagi anak pertamanya itu untuk lahir ke dunia. Tanggal lahir yang hanya ada satu kali dalam empat tahun. Tanggal yang akan aku ingat seumur hidupku selama berjalan mengikis waktu, mewarnai d
Jika tulisan bisa mengungkapkan rasa, maka biarlah ia berkata...